SATUQQ - Saat aku maen ke vilaa pamanku , aku masuk keruangan tante yang ternyata di dalamnya banyak foto telanjangnya tanteku, walupun usianya sudah tidak bisa dikatakan muda namun tante tanteku ini ahli dalam menampilan tubuh yang indahnya, setelah melihatnya aku mulai terangsang rasanya ingin sekali memeluknya.
Hingga ada ide gila untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Vivi (45 tahun) dan Tante Veni (37 tahun).
Aku telepon rumah Tante Vivi dan Tante Veni. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Vivi dan Tante Veni sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.
“Ada apa sih Anto?” tanya Tante Vivi yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
“Duduk dulu Tante,” jawabku.
“Iya ada apa sih?” tanya Tante Veni yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.
“Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?”, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Vivi lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
“Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?” tanya Tante Vivi panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
“Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?” tanya Tante Veni dengan tegang.
“Hhhmm.. begini Tante Vivi, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,” jawabku sambil tersenyum.
“Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?” Kata Tante Veni.
“Baik tapi ada syaratnya lho,” jawabku.
“Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,” kata Tante Vividengan ketus.
“Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,” tambah Tante Veni memohon.
“Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,” kataku. Agen Domino QQ Terpercaya
“Jangan kurang ajar kamu!” kata Tante Vivi dan Tante Veni dengan marah dan menundingnya. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,” jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
Tubuh Tante Telanjang Membuat Napsu Naik
“Bagaimana Tante?”
“Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!” bentak Tante Veni sambil menepis tanganku.
“Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!” Tante Vivi menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.
“Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!” kataku lagi.
Kulihat kananku Tante Vivi tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab.
“Tante-Tantemu yang lain kok tidak?” tanya Tante Vivi lemas.
“Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,” jawabku.
“Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?”
“Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Veni.
“Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawabku.
“Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Vivi.”
“Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,” jawab Tante Veni sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Vivi sambil merengut marah.
Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Vivi walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar.
Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah dengan tubuh Tante Veni yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas.
Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
Ssudah Anto?” tanya Tante Vivi sambil mulai memakai bajunya kembali.
“Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,” jawabku.
“Kurang ajar kamu,” kata Tante Veni setengah berteriak.
“Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” jawabku.
“Baiklah,” balas Tante Vivi ketus,
“Apalagi yang mesti kami lakukan?”
“Coba Tante berdua duduk di sofa ini,” kataku.
“Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,” kataku ketika mereka mulai duduk.
“Begini Anto, Cepat ya,” balas Tante Veni sambil membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
“Tante Vivi juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,” kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.
“Beginikan,” jawab Tante Vivi yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
“Anto pegang sebentar ya?” kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Vivi sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Veni. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Vivi dan Tante Veni.
“Sudah belum, Anto.. Ess..,” kata Tante Vivi sedikit mendesah.
“Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!” desah Tante Veni juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
“Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?” tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Vivi dan Tante Veni yang mulai membasah.
“Eh, ini apa Tante?” tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.
“Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..,” desis Tante Vivi menahan geli.
“Iya
jangan kamu gituin klitoris Tante dong,” dasah Tante Veni.
“Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,” kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. “Sshh.., oohh.., geliss.., To,” rintih Tante Vivi dan Tante Veni.
“Ini lubang vaginanya ya Tante?” tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
“Boleh dimasukin jari nggak Tante?” DOMINO QQ
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Veni dan Tante Vivi yang makin mendesah-desah tidak karuan,
“Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,” rintih Tante Veni.
“Jangan lho Anto.. sshh..,” desah Tante Vivi sambil tangannya meremasi sofa.
“Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,” kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
“Aaahh.., Anto..,” desah Tante Vivi dan Tante Veni bersama-sama mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
“Ssshh.. eemmhh..!!” Tante Vivi dan Tante Veni mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.
“Bagaimana Tante Vivi,” tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
“Saya cium ya vagina Tante Vivi ya?” tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya.
“Sebentar ya Tante Veni,” kataku.
“Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Vivi sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.
“Gimana Tante Vivi, geli tidak..,” tanya Anto.
“Ssshh.. Anto.. Geli ss..,” rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
“Teruss.. Anto,” desis Tante Vivi tak kuat lagi menahan nafsunya.
Sementara Tante Veni memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Vivi kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan
“Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,” rintih Tante Vivi merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
“Tante Vivi keluar Anto..,” desah lemas Tante Vivi dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Vivi sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Veni dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Vivi Tante Veni juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
“Aah ss.., Antoo,.., enak ss..,” rintih Tante Veni sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.
Tante Veni di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Veni, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Veni yang ssudah basah itu.
“Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,” rintih Tante Veni merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Vivi dan Tante Veni.
“Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih,” menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Vivi dan Bullik Veni. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
“Kamu nakal Anto, ngerjain kami,” kata Tante Vivi sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
“Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..,” balas Tante Veni sambil memasukkan penisku kemulutnya.
“Ssshh.. Tante.. terus..,” rintih Anto sambil menekan kepala Tante Veni yang naik turun di penisnya. Tante Vivi terus menjilati penisku gantian dengan Tante Veni yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.
“Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..,” rintih Anto sambil mengangkat kepala tante Vina dari penisnya.
“Tunggu dulu ya Tante Vivi, biar saya dengan Tante Veni dulu,” kataku sambil menarik kepala Tante Vivi yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.
“Tante Tina sudah nggak tahan nih,” kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Veni dan berlutut diantaranya.
“Cepatss.. Anto,” desah Tante Veni sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. “Asshhss..,” rintih Tante Veni panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Veni mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya.
Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati “perkosaan” ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Veni untuk menjilati vagina Tante Vivi yang jongkok diatas mulutnya.
“Ushhss.. Geli dik,” desis Tante Vivi setiap kali lidah Tante Veni memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Veni tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Vivi. Tiba-tiba Tante Veni mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. “Ahhss.. Anto Tante keluar.. ”
“Sudah keluar ya Tante Veni, sekarang gilran Bu Vivi ya,” kataku sambil menarik Tante Vivi untuk naik kepangkuanku.
Tante Vivi hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Vivi Lalu Aaahh.. desah Tante Vivi merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Vivi sambil ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
“Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,” rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
“Penis kamu juga sshh..” rintih Tante Vivi sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
“Sebentar Tante, coba Tante balik badan,” kataku sambil meminta Tante Vivi untuk menungging.
Kusetubuhi Tante Vivi dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Vivi mempunyai vagina lebih enak dari Tante Veni yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Vivi, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.
“Ssshh.. Anto, Tante mau keluar..” rintih Tante Vivi.
“Sabarr.. Tante, sama-sama,” kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.
“Aaahh ss.., Tante Vivi keluar..,” melenguh panjang.
“Saya belum, Tante,” kataku kecewa.
“Pake susu Tante aja ya,” jawab Tante Vivi jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
“Terus, Tante enak ss..,” rintihku.
Melihat hal itu Tante Veni bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dadaTante Vivi dan Tante Veni.
“Terima kasih ya Tante,” jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing. (Tamat)