Cerita pertama Saya tentang hubungan dengan karyawan Operator warnet Saya yang bernama Tina. Dia masi kuliah di sebuah PTS, dan saat itu Ia sudah semester 7. Karena merasa kekurangan untuk mencukupi hidup sehari-hari Dia Sambil bekerja part-time di warnetku.
Kami cukup dekat, dan tidak jarang kami melakukan hubungan badan. Meski begitu, Kami tidak menjalin hubungan khusus, karena Aku sudah memiliki Kekasih sendiri diluar kota. Hanya saja Tina yang sepertinya benar-benar cinta kepadaku, sedangkan Aku hanya butuh tubuhnya untuk pelampiasan nafsuku saja.
Tina berdarah campuran Jawa dan Tionghoa, Kulitnya agak coklat karena Ia sering beraktifitas diluar, tetapi bagian dalam tubuhnya masih sangat putih & mulus. Memiliki paras yang bisa dibilang cantik dan menarik, menggairahkan menurutku. Tina sebelum bekerja diwarnetku, Ia mengambil jalan pintas dengan melacurkan dirinya.
Demi meringankan beban orangtuanya yang kurang mampu, Ia berusaha keras membiayai hidup dan kuliahnya sendiri. Karena masih memiliki hati nurani yang baik, Ia sadar dan memutuskan untuk bekerja yang halal. Tetapi pecun tetaplah pecun, meski telah bekerja diwarnetku, Ia sering berpakaian seronok dan menggodaku untuk memenuhi kebutuhannya. Hingga kami besetubuh dan Aku menanggung sebagian biaya hidupnya.
Hari itu Aku sedang mengunjugi warnetku, saat itu jam 10 malam yang jaga OP bernama Anton. Ketika Aku sibuk menghitung pendapatan hari itu tiba-tiba ada telfon masuk.
“Tina?? Ngapain jam segini telfon..” pikirku.
“Halo Tin, da apa?” tanyaku, sambil melangkah keluar warnet
“Mas Pri..tolongin Tina, besok hari terakhir bayar SPP kuliah. Tina masih belum dapet uang juga ampe sekarang..” Tina menjawab menyerocos.
“Yee..kan minggu kemaren kamu sudah aku kasi buat bayar kost. Uda ga ada uang lagi nih Tin.” Kataku.
“Ga ada yang bisa minjemin lagi Mas. Tolonglah Mas Pri..penting neh, tar Tina balikin deh kalo uda ada uang..” Tini terus merajuk.
“Huu..gak percaya Aku, Kamu kapan pernah punya uang..hehe” Tolakku dengan sedikit menyindir.
“Iiih…Mas Pri jahat lho. Ya udah Mas Pri mau minta apa?”
“Mmm..apa yah..hehe, biasa Tin..maen kuda-kudaan..” Jawabku setengah berbisik.
“Huu..dasar, itu mulu yang dipikir. Makanya buruan tu Mba’ Lala suruh pindah kesini aja. Ya udah, besok malam Mas Pri ke kost Tina yah. Tapi Aku lagi dapet Mas, jadi tar Tina oral aja yah..” Tina juga menjawab setengah berbisik.
“Huu..pake dapet segala. Tapi ga apa-apa Tin, Anal ja yah? Kan belom pernah” Pintaku. Tina memiliki pantat yang cukup besar dan padat, terlihatmenantang jika Tina mengenakan jins ketat apalagi hotpants. Ditambah pinggulnya yang lebar an montok..Aku sangat beruntung bisa menikmatinya.
“Ga mau! Aku kan belum pernah disodomi Mas..tar anusku rusak” Tina mengiba.
“Jadi mau bayar SPP ga nih?! Lagian siapa suruh pake dapet. Kalo belum pernah makanya dicoba. Lagian masak Kamu ngelacur ga pake pantat..” Aku jawab dengan sedikit tegas.
“Gak kok Mas, Tina ga pernah maen anal sebelumnya. Cuman Mulut dan memek Aku aja kok yang dipake.” Tina membantah dengan lirih karena sedikit Aku bentak.
“Dasar pecun, makanya lain kali dipake lah itu pantat Kamu punya lobang!! Memek doank yang disodok, pantesan udah longgar gitu..huhh” Makiku.
“Mas, jangan ngomong gitu! Aku udah gak keygitu lagi kok sekarang” Ujar Tina
“Ya udah, jadi gak nih?!” Aku mulai kesal.
“Iya..jangan marah dong Mas. Ya udah..besok malam yah maennya” Kata Tina dengan lirih.
“Jangan malam Tin, Aku ada acara ma temen-temen. Besok aja, abis Kamu dari kampus, Kita maen di toilet warnet.” Aku jawab dengan antusias sekali.
“Eh..macem-macem aja Mas Pri ini, Tar ketauan gimana? ” Jawab Tina dengan sedikit cemas.
“Gak lah Tin, tenang aja. Kita maen cepet kok. Yang penting Kamu Jangan ampe bersuara, oke?!”
“Tapi ngocoknya pelan-pelan aja ya Mas, Tina denger disodomi tu sakit Mas”
“Ngocok apaan?! Ngocok arisan..hehe” Jawabku sambil bercanda
“Ya ngocok ******nya Mas Pri lah di dubur Tina besok, jangan kasar-kasar biar ga lecet Mas” ujar Tina sedikit cemas.
“Iya beres, tapi tar sebelum maen Aku foto Kamu bugil Dulu ya Tin?” Pintaku.
“Tuu..kan nambah lagi! Aku ga mau foto telanjang Mas, kalo ampe kesebar bisa mati Aku dibunuh bapakku. Mas Pri kan uda pernah liat Tina telanjang, Mas Pri juga tau setiap bagian tubuhku, Ngapain lah pake difoto segala..” Tolak Tina.
“Ga bakal kemana-mana fotonya Tin. Lagi pula aku ga pernah sembarangan biarin orang laen pake komputerku. Buat koleksi pribadi aja Tin,janji deh! Kamu sayang kan ma Aku Tin..” Ujarku dengan sedikit nada manja.
“Iya, Aku sayang ma Kamu Mas. Kalo gak, masak Tina mau nyerahin tubuh Tina buat muasin Mas Pri. Janji yah, foto-foto bugil Tina jangan ampe kesebar.” Akhirnya Tina setuju juga, meski pada awalnya juga Aku yakin Ia pasti mau.
“Janji!!” jawabku tegas. “Hehe..Ga tau Dia, padahal Aku berencana menggunakan foto-foto bugilnya untuk menjadikan Dia budak Seks Aku. Sayang tubuhmu sudah ternoda Tin, kalo gak udah Aku jadikan pacar..hehe. Tapi tubuhnya yang montok lumayan lah buat tempat pembuangan spermaku.” Aku berbicara sendiri didalam hati.
“Heh..malah diem sih Mas.” Tiba-tiba suara Tina mengejutkanku.
“Haha..sorry terpana liat bintang di luar ne Tin. Oiya besok pake pakaian sexy yah..biar Aku horny duluan, jadi tar ga kelamaan foreplaynya” Aku terkadang meminta Tina tuk berpakaian Sexy jika sedang jaga di warnet atau jika sedang jalan dengaku. Aku perlahan mengajari dia gar menjadi seorang eksibisionis. Aku sangat terangsang jika melihat Dia memamerkan lekuk tubuhnya yang montok.
“Iya..,tapi ga bisa yang terlalu terbuka yah. Aku kan ntar meghadap dosen, terus shift jaga juga. Kalo lagi jalan-jalan aja tu ga masalah deh. Ya udah, Tina tidur ya Mas..hoaaahmm..ngantuk” Ujar Tina dengan menguap.
“Oke Tin, byee!”
“Transfer malam ini ya Mas, thanks..mmuach” Lalu Tina menutup telfonnya.
“Haha..sorry terpana liat bintang di luar ne Ju. Oiya besok pake pakaian sexy yah..biar Aku horny duluan, jadi tar ga kelamaan foreplaynya” Aku terkadang meminta Tina tuk berpakaian Sexy jika sedang jaga di warnet atau jika sedang jalan dengaku. Aku perlahan mengajari dia gar menajadi seorang eksibisionis. Aku sangat terangsang jika melihat Dia memamerkan lekuk tubuhnya yang montok.
Aku masuk kembali ke dalam warnet, dan mencuci mukaku. kulihat Anton sedang asik chatting di mIRC.
“Siapa Mas, lama bener” Tanya Anton.
“Temen lama Ton. Oke, Aku pulang duluan yah..” Ujarku sambil mengambil kunci mobil. Memang tadi Kami berbicara ditelfon cukup lama, ga terasa ada setengah jam lebih. Aku bergegas ke ATM dan mentransfer sejumlah uang ke rekening Tina.
Jam menunjukkan pukul 11.25 siang. Tapi Tina belom datang juga, mana udah ngantuk banget. Disebelahku ada Maya, yang jadi partner jaga Tina. Dia sedang asik maen game dari pagi tadi, jadi Aku pikir ga akan ganggu rencanaku. Beberapa menit kemudian akhirnya Tina datang dengan tergopoh-gopoh membawa stopmap yang berisi kertas-kertas. Keringatnya bercucuran di dahinya.
“Sori lama Mas, dosenku rapat. Ne Aku bawakan gorengan.” Tina menaruh sebungkus gorengan di meja, lalu Ia melepas jaketnya.
“Asik..pas banged laper,hehe” Kata Maya yang langsung menyerobot bungkusan gorengan.
Dibalik jaketnya, Tina mengenakan kemeja putih lengan pendek dengan bagian kerah yang terbuka cukup lebar. Tina tidak mengancingkan bagian atasnya, sehingga buah dada bagian atasnya terlihat menyembul walau tidak terlalu terbuka sekali. Rupanya Tina sengaja memakai push-up Bra untuk mengangkat payudaranya. Rok hitam selutut yang Dia kenakan juga memiliki belahan samping kanan yang cukup tinggi, jika Tina duduk sambil menyilang kaki, pasti Paha Kanan Tina terekspos jelas. Aku memperhatikan belahan buah dadanya yang ranum menyembul, sambil sekali melihat wajahnya dan tersenyum puas. Tina pun melirikku sambil tersenyum.
“Tin, seksi amat..” Kata Maya sambil melotot.
“Haha..tinggal ini pakaianku nih” Tina menjawab sekenanya.
“Ehemm…” Aku pura-pura batuk sambil melirik Tina.
Tina yang tau maksudku akhirnya bergegas menuju ke toilet warnet yang letaknya di Ujung belakang warnet. Kebetulan ada 2 toilet di warnet ini, jadi Aku juga bisa kebelakang setelah Tina.
“Maya Aku ke toilet dulu ya, mules neh..” Kata Tina sambil berlalu.
“Ya, jangan lupa disiram loh..” Maya menjawab dengan diselingi canda.
20 detik kemudian Aku juga berpamitan ke belakang
“Duh..Aku juga mules neh..” Kataku sambil berlari kecil ke Toilet.
“Loh..koq pada mules smua seh!!” Ujar Maya sambil terus asik bermain game disambil melahap gorengannya.
Sampai di toilet Aku mengetuk sekali pintu toilet wanita. Begitu terbuka, Aku langsung masuk. Di dalam, Tina sedang mencuci muka. Aku buru-buru melepas resleting celanaku juga celana dalamku dan memelorotkannya sampai kemata kaki.
Tina juga mengangkat rok hitamnya ke atas sampai ke pinggangnya, dan memelorotkan celana dalamnya hingga turun ke mata kaki. Tina juga membuka kancing kemeja bagian atas hingga perut, kemudian mengeluarkan dua bongkahan buah dadanya dari Branya hingga kedua payudara Tina terangkat karena terjepit Branya dari bagian bawah.
Puting susunya yang berwarna coklat kemerahan terlihat jelas, bentuknya cukup besar dan melebar karena Tina pernah hamil sebelumnya oleh Pak Anwar penjaga kostnya.
Hal itu terjadi sewaktu Pak Anwar meminta Tina melayaninya, padahal Tina saat itu dalam kondisi kelelahan karena seharian dikampus kemudian bekerja. Tapi mau gak mau Tina tetap melayani nafsu Mang Anwar karna terus dipaksa, hingga akhirnya Tina pingsan dan Mang Anwar mengeluarkan benih-benihnya didalam rahimnya tanpa sepengetahuan Tina.
Tina baru sadar jika mengandung benih haram Mang Anwar saat usia kandungan menginjak 3bulan, dan akhirnya Tina menggugurkan kandungannya. Sejak saat itu Tina nggak pernah mau lagi melayani nafsu penjaga kostnya itu. (Cerita tentang Tinadan Pak Anwar mungkin di lain hari yah)
Kemudian Aku mengeluarkan HPku yang berkamera dan mulai mengabadikan bagian-bagian pribadi tubuh Tina. Raut muka Tina terlihat muram ketika aku memoto bagian wajahnya hingga dadanya yang terekspos jelas di depan kamera HPku, seakan tidak rela bagian tubuhnya yang paling pribadi di abadikan olehku.
“Mas jangan memek Aku..lagi dapet nih, jijk ah…” Tina mengiba sambil berusaha menutupi daerah kewanitaannya dengan tangan kanannya sedang tangan kirinya berusaha menjauhkan HPku ketika aku akan mengambil foto kemaluannya.
“Gapapa Tin, Aku malah pengen punya foto memek Kamu yang lagi ngeluarin darah gitu..hehe” Aku terus berusaha memotretnya.
“Mas Priii..gak mau Tina, pliss..besok kalo uda bersih baru Kamu foto. Ntar janji deh Aku buka memekku selebar-lebarnya tuk Kamu ambil fotonya..sebanyak yang Kamu mau Mas..” Tina terus memohon.
“Ya deh..oke Tin. Sekarang Kamu balik badan, buka kaki lebar-lebar terus buka belahan pantat Kamu Tin pake kedua tangan mu, Aku mau ambil foto pantat ma anus Kamu yang masi rapet ini Tin sebelum Aku jebol..Hihihihi” Tawaku pelan.
“Yee..apaan seh Mas, ya udah nih..” Tina kemudian melakukan seperti yang aku minta, kedua tangannya kebelakang meremas kedua bogkahan pantatnya dan menariknya ke arah berlawanan hingga terlihat anusnya dengan sangat jelas. Lalu Aku mulai mengabadikan bagian lubang pengeluaran Tina yang coklat kemerahan itu sampai puas.
“Mas, Aku lupa bawa pelumas..” Kata Tina, yang harusnya Dia membawa body lotion untuk pelumas anal.
“Isep dulu Tin..pake liur Kamu aja” Kataku sambil menarik kepala Tina ke penisku, hingga Tina terpaksa jongkok.
“Hmhh..umm..eehhmm…” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Tina ketika penisku yang sudah tegang dari tadi memenuhi rongga mulutnya. Tak lupa Aku segera merekam adegan Tina mengoral penisku dengan kamera HPku. Bibir merahnya yang tebal terasa sangat nikmat sekali menyelimuti penisku.
Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Penisku rasanya basah sekali..terasa hangat didalam mulut Tina. Air liur Tina menetes-netes disela-sela bibir dan batang penisku, rupanya Tina ingin penisku sebasah mungkin agar mudah memasuki liang anusnya. Kepala Tina maju mundur mengocok batang kejantananku dengan bibirnya yang tebal, tangan kirinya memegangi batangku sedang tangan kanannya menelusup di balik kaosku memainkan puting susuku.
“Ooh…enak Tin” Aku melenguh pelan.
2 menit kemudian, Aku angkat kepala Tin dan kulumat sebentar bibirnya yang penuh liur itu, lalu kubalik tubuhnya hingga Ia menunduk berpegangan pada pinggir bak mandi. Aku elus-elus bongkahan pantat Tina yang putih montok itu, terasa mulus sekali.
Sambil Aku keluar masukkan jari-jariku membukai anusnya yang sempit dan Aku ludahi beberapa kali. Aku remas-remas juga paha gempalnya yang tak kalah mulus terlihat putih menggairahkan. Kulit Tina memang agak coklat, tapi bagian dalam tubuhnya terlihat lebih putih.
“Uuh..”Tina melenguh pelan saat Aku tempelkan ujung penisku di anusnya, sambil Aku gesek-gesek dan kudorong perlahan hingga memasuki pantatnya.
“Egghhh..hmmphh..pelan Mas..” Kata Tina lirih sambil menahan sakit pada lobang pengeluarannya.
“uugghhh…sempit banged Tin!” Bisikku ketika seluruh batang penisku tenggelam di dalam lobang pantat Tina.
“Oo..oo..ohh…” Tina megap-megap seperti orang yang kesulitan bernafas. Bibirnya membentuk huruf ‘O’ dengan kepala menengadah ke atas.
“Tin..duburmu enak banget…ooh..hangat Tin” Aku meracau sambil mulai mengeluar-masukkan penisku, kedua tanganku mantab mencengkeram pinggul Tina yang empuk. Gerakan pinggulku semakin cepat namun teratur, penisku dengan cepat keluar-masuk menjelajahi lorong anus Tina.
“Shhh..ooh..sakitt Mas..udah ajaah..eghh..keluarin pliss..” Erang Tina
“Bentar Tin, baru enak neh..” Ujarku sambil mempercepat kocokan penisku di duburnya.
“Aaahhh…aaahhh…aaooww…aa hhh…” desahan Tina seirama bersamaan hentakan-hentakan liar pinggulku yang menghimpit tubuh Tina yang mengejang kesakitan. Tubuh Tina terguncang-guncang, naik turun, kepalanya mengeleng ke kiri-kanan sambil terus mengerang kesakitan menahan gempuran penisku terhadap saluran pengeluarannya.
Rambutnya yang panjang itu kemudian kujambak sehingga ia mendongak ke atas sambil terus mengerang tertahan. Bunyi buah pantatnya yang beradu dengan pahaku semakin keras. Rambutnya semakin keras kutarik sehingga ia semakin mendongak dengan mulut menganga. Pantatnya melengkung ke atas dan buah dadanya yang besar itu berguncang-guncang, seirama dengan gerakan pantatku.
“Ah..ahh..eeghh…sumpah Mas Aku ga kuat..perih banget!!!” Tubuh Tina mulai limbung, kakinya lemas seperti tidak bertenaga lagi. Kedua tanganku yang sebelumnya berpegangan pada pinggul Tina, kini menelusup masuk ke balik kemeja dan Branya mencengkeram erat kedua buah payudaranya untuk menahan tubuh Tina dan mulai meremas-remasnya.
“Uhuu..hu..hu..sakiit Mas..hik..hiks..udaah..ampuun Mas” Tina mulai menangis, wajahnya memerah, matanya memandangku penuh iba, air matanya mengalir deras, air liurnya pun ikut menetes. Aku berpikir pasti Tina merasakan sakit yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya selama hidupnya.
“Tahan ya Tin, bentar lagi keluar kok. Kamu sayang kan ma Aku..?” Aku berbisik di telinganya sambil mengecup punggungnya. Tanganku yang masih di buah dadanya mulai memilin-milin puting susu Tina.
“Eeeghh..ii..iya..sayang lah…sshh..Mas Pri sayang juga kan ma Tina kan?” Tina berkata dengan terisak lirih, dengan tubuh yang tergoncang-goncang akibat gempuran Penisku pada duburnya.
“Uhh…ooh…” Aku mempercepat kocokan penisku tanpa menjawab pertanyaan Tina. Aku genjot pantatnya dengan kasar dan brutal. Rasanya nikmat sekali. Payudara Tina juga Aku remas dengan sekuat tenaga.
“Arrrggh…arggghhhh….” Tina menjerit tertahan, Ia kembali menangis histeris. Penderitaan yang sangat hebat dirasakannya, Ia menahan rasa sakit yang luar biasa di bagian pantat dan payudaranya Juga berusaha menahan suaranya agar tidak keluar.
Tapi suara erangan dan tangisan kesakitan Tina keluar juga, untung Tina masi bisa menjaga agar tidak terlalu keras. Lagipula Maya menyetel musik dengan volume yang kencang.
Setelah kurang lebih 10menit, Aku tak bisa menahan lagi. Kenikmatan yang kuperoleh dari pantat juga sudah sangat luar biasa hebatnya. Rongga dubur Tina makin lama makin terasa panas, jepitannya tetap erat mencengkeram batang penisku. Hingga akhirnya Aku mencapai orgasmeku…
” Aku keluar Tin..ohh..ooh..oooohhh….uuuuu ggghhh….uuuuggghh!!” Aku mengerang tertahan sambil kedua tanganku mencengkram erat buah dada Tina, kuhujamkan penisku sedalam mungkin di anusnya dan ku*kan air maniku sebanyak-banyaknya hingga memenuhi rongga duburnya Tina.
“Eeeeghhh…hmppphh” Tina menjerit tertahan dengan mengigit bibir bawahnya.
Ketika kucabut penisku lelehan sperma bercampur darah keluar dari lobang pengeluaran Tina, sepertinya dubur Tina menderita lecet-lecet. Kubasuh penisku yang juga belumuran darah dan sedikit kotoran dari dalam pantat Tina. Buru-buru Kukenakan celanaku.
Sedang Tina masi menangis terisak menahan rasa sakit dan perih yang masih mendera pantatnya. Seluruh tubuhnya menggigil, kakinya gemetaran seakan tidak kuat berdiri lagi.
“Tin..thanks ya. Ayo buruan beresin,tar Maya curiga” Sambil Kukecup bibirnya yang masi meneteskan liur, lalu Aku keluar mengendap dengan hati-hati agar tidak diketahui orang.