Skip to main content

Kisah cintaku bisa dikatakan sangat pahit


Kisah cintaku bisa dikatakan sangat pahit

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

Kisah cintaku bisa dikatakan sangat pahit, wanita yg aku sayangi selalu selingkuh dibelakangku. Tp aku tak pernah berkecil hati aku selalu saja mencari wanita pengganti, dan aku selalu mendapatkan yg lebih dari yg sebelum-sebelumnya. Lebih dari segala aspek, baik wajah, bentuk tubuh, sampai hubungan seks nya, selalu mendapatkan yg lebih itu mungkin yg membuatku tak pernah berkelana mencari wanita. Bahkan aku juga tak menolak jika aku hanya dijadikan pelarian saja yg penting aku bisa ngeseks dulu dgn wanitanya, kalau mau pergi setelah ngeseks ya silahkan saja.

Aku mempunyai teman yg mempunyai hubungan dgn kekasihnya sangat romantis dan awet sekali, aku sangat iri dgn temanku itu. Tp aku juga ikut bahagia, biarlah aku saja yg mengalami kisah asmara yg sangat pahit ini, kalau bisa jangan merembet keteman-temanku. Yg penting dalam hidupku masih bisa merasakan Sex aku sdh tenang.

Pada suatu malam aku sedang nongkrong di cafe dari kejahuan aku melihat sosok temanku, dia terlihat sedang beradu mulut dgn seorang pria, yg aku kira itu adalah pacarnya. Aku membiarkannya saja, tp aku tetap mengawasinya saja dari kejauhan. Setelah beberapa lama mereka beradu mulut terlihat temanku Tiwi itu marah dan keluar dari Cafe dgn sambil menangis. Aku yg sdh dari tadi mengawasinya tanpa menunggu lama aku langsung saja menghampirinya, dan kuajak dia langsung ke mobilku.

Perlu diketahui Tiwi ini masih sangat muda, umurnya sekitar 20 tahunan. Tiwi yg sdh berhubungan lama dgn kekasihnya itu mempergoki lakinya sedang bersama wanita lainnya dan Tiwi akhirnya memutuskannnya. Bersamaan dgn itu aku yg tak sengaja melihatnya kemudian aku langsung menghampirinya dan langsung menenagkan hatinya.

“Kenapa Wi?”
“Lagi marahan aja.”
“Duh.., gawat nih.”
“Biarin aja.”
“emang kenapa?”
“Dia ketangkap basah selingkuh dgn temanku, tp dia tak mau mengakuinya.”
“Tempur, dong?”
“Aku marah! Eh dia malah lebih galak.”
“Dibalas lagi dong. Jangan didiemin aja.”
“Gimana caranya?” Tanyanya polos.
“Kamu selingkuh juga.” Jawabku asal-asalan.
“Bener?”
“Iya. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu.”
“Lho, Mas sendiri cowok.”
“Makanya, aku tak percaya sama laki-laki. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Hahahahahaha.” Dia ikut tertawa.

Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Tiwi meminta satu rokokku. Anak ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah nemplok di dashboardku. Aku merengut, hendak marah, tp tak jadi, pahanya yg mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.

Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Tiwi tak sadar, dia memejamkan mata, menikmati asap rokok yg mengepul dan keluar melalui jendela yg terbuka. Gadis ini benar-benar cantik. Rambutnya panjang. Tubuhnya indah. Dari baju kaosnya yg pendek, dapat kulihat putih bersih perutnya. Dadanya mengembang sempurna, tegak berisi. Tanpa sadar k0ntolku bereaksi. Aku menyalakan tape mobilku. Tiwi memandangku saat sebuah lagu romantis terdengar.

“Mas, setelah ini mau kemana lagi?”
“Pulang. Emang mau Kemana lagi?”
“Kita ke pantai aja yuk. Aku suntuk banget nih.” Katanya menghembuskan asap putih dari mulutnya.
“Mau ngapain”
“Lihat laut, ngedengerin suara ombak, ngapain aja deh. Aku males pulang jadinya. Selalu ingat Joni, kalau aku sendirian.”
“Joni?”
“Pacarku.”
“Oh. Tp tadi katanya ngantuk?”
“Udah terbang bersama asap.” Katanya, tubuhnya doyong ke arahku, melingkarkan lengan ke bahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.
“Okelah.” Kataku, setelah berpikir kalau besok aku tdk harus pagi-pagi ke kantor.

Jadi setelah mengantar materi yg kudapat kepada rekanku yg akan membuat beritanya, aku dan Tiwi menuju arah utara. Ancol! Mana lagi pantai di Jakarta ini.

Aku parkirkan mobil Kijangku di pinggir pantai Ancol. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Tiwi tadi. Sampai setengah jam kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yg ada di sampingku. Tiba-tiba Tiwi mencium pipiku.

“Terima kasih, Mas Sigit.”
“Untuk apa?”
“Karena telah mau menemani Tiwi.”

Aku hanya diam. Menatapnya. Dia pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar aku raih wajahnya, dgn sangat perlahan-lahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, aku cium bibirnya, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan bergetar, begitu juga dgn bibirnya. Aku tersenyum, dan ia pun tersenyum. Kami berciuman kembali.

Saat hendak merebahkannya, setir mobil menghalang gerakan kami. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku cium kening Tiwi terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Tiwi terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yg hangat membara. Tanganku memegang dadanya, meremasnya dari balik kaos tipis dan bhnya.

Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yg indah, besar, montok, kencang, dgn puting yg memerah. Tanganku membuka kaitan BH hitamnya. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yg mulai mengeras. Yg kiri lalu yg kanan.

“Mas Sigit, kamu tau saja kelemahan saya, saya paling nggak tahan kalo dijilat susu saya…, aahh…”.

Aku pun sdh semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya. Terpampanglah jelas tubuh telanjang gadis itu. Celana dalamnya yg berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yg ada di situ. Kuciumi daerah hitam itu. Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Tiwi.

“Tiwi kamu udah pernah dijilatin itunya?”
“Belum…, kenapa?”.
“Mau nyoba nggak?”.
“Tiwi mengangguk perlahan”

Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku buka celana dalamnya, dan mengarahkan mulutku ke kemaluan Tiwi yg bulunya lebat, kelentitnya yg memerah dan baunya yg khas. Aku keluarkan ujung lidahku yg lancip lalu kujilat dgn lembut klitorisnyana. Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Tiwi.

“sstt… Aahh!!!” Aku terus beroperasi di situ
“aahh…, Mas Sigit…, gila enak banget…, Gila…, saya baru ngerasain nih nikmat yg kayak gini…, aahh…, saya nggak tahan nih…, udah deh…”

Lalu dgn tiba-tiba ia menarik kepalaku dan dgn tersenyum ia memandangku. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dgn sigapnya tangannya membuka sabuk yg kupakai, lalu membuka zipper jins hitamku. Tangannya menggapai kemaluanku yg sdh menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan K0ntolku yg besar dan melengkung kedalam mulutnya.

“aahh…” Lenguhku

Kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum biasa, giginya beberapa kali menyakiti k0ntolku.

“Aduh Tiwi, jangan kena gigi dong…, Sakit. Nanti lecet…”

Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yg keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dgn perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yg berhasil terbenam dalam mulutnya.

“Ohk!.., aduh Mas Sigit, cuma bisa masuk seperempat…”
“Ya udah Tiwi, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak.”

Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sdh mulai lembab dan agak basah. Lalu kupegang K0ntolku, aku arahkan ke Meqinya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, kutekan lagi agak perlahan, kurasakan sulitnya kemaluanku menembus Meqinya. Kudorong lagi perlahan, kuperhatikan wajah Tiwi dgn matanya yg tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah.

“sstt…, aahh…, Mas Sigit, pelan-pelan ya masukkinnya, udah kerasa agak perih nih…”

Dan dgn perlahan tp pasti kudesak terus K0ntolku ke dalam Meqi Tiwi, aku berupaya untuk dgn sangat hati-hati sekali memasukkan K0ntolku ke Meqinya. Aku sdh tdk sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong K0ntolku agak keras. Terdengar suara aneh. Aku lihat ke arah K0ntolku dan kemaluan Tiwi, tampak olehku K0ntolku baru setengah terbenam kedalam Meqinya. Tiwi tersentak kaget.

“Aduh Mas Sigit, suara apaan tuh?”
“Nggak apa-apa, sakit nggak?”
“Sedikit…”
“Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok…”

Dan kurasakan Meqi Tiwi sdh mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lendir dalam kemaluan Tiwi sdh mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aku desakkan K0ntolku dgn cepat dan tiba-tiba agar Tiwi tdk sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Tiwi seperti orang yg sedang merasakan kenikmatan yg luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara.

“mmmppphhhh…, sshh…”

Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yg sensual. Aku pun merasakan nikmat yg luar biasa. Kutekan lagi K0ntolku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yg mengganjal, kuperhatikan K0ntolku, ternyata sdh masuk tiga perempat kedalam Meqi Tiwi. Aku coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sdh mentok…, kesimpulannya, K0ntolku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam Meqi Tiwi. Dan Tiwi pun merasakannya.

“Aduh Mas Sigit, udah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut saya udah kerasa agak negg nih, tp nikmat…., aduh…, k0ntolmu besar banget sih Mas…”

Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Tiwi, ternyata Meqi Tiwi masih sempit, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran K0ntolku yg menurut Tiwi besar, panjang dan kekar. Lama kelamaan goyanganku sdh mulai teratur, perlahan tp pasti, dan Tiwi pun sdh dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang ke kiri, Tiwi goyang ke kanan, bila kutekan pantatku Tiwi pun menekan pantatnya.

Semua aku lakukan dgn sedikit hati-hati, karena aku sadar betapa besar K0ntolku untuk Tiwi, aku tdk mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dgn mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Tiwi merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dgn erat. Tubuh kami berkeringat dgn sedemikian rupa dalam ruangan mobil yg mulai panas, namun kami tdk peduli, kami sedang merasakan nikmat yg tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dgn teratur sampai pada suatu saat.

“Aahh Mas Sigit…, agak cepet lagi sedikit goyangnya…, saya kayaknya udah mau keluar nih…”

Tiwi mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dgn erat dan beberapa menit kemudian semakin erat…, semakin erat…, tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingaku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku.

“Mas Sigit…, aahh…, mmhhaahh…, Aahh…” Dia kelojotan.

Kurasakan Meqinya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit K0ntolku.

“aahh…, gila…, Ini nikmat sekali…” Teriakku.

Baru kurasakan sekali ini Meqi bisa seperti ini. Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan, Tubuhku mengejang.

“Mas Sigit…, cabut…, keluarin di luar…”

Dgn cepat kucabut K0ntolku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan.

“aahh…, ahh…” Aku mengerang.
“Ngggghhhhh…, ngggghhhhh..”

Aku pegang K0ntolku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dgn kencang dan banyak sekali keluar dari K0ntolku. Creett…, Creett…, Creett…, Creett…, sebagian menyemprot wajah Tiwi, sebagian lagi ke payudaranya, ke dadanya, terakhir ke perut dan pusarnya. Kami terkulai lemas berdua, sambil berpelukan.

“Mas Sigit…, nikmat banget main sama kamu, rasanya beda sama kalo saya gituan sama Joni. Enakan sama kamu. Kalau sama Joni, saya tdk pernah orgasme, tp baru sekali disetubuhi kamu, saya bisa sampai, barang kali karena barang kamu yg gede banget ya?” Katanya sambil membelai batangku yg masih tegang, namun tdk sekeras tadi.

“Saya nggak bakal lupa deh sama malam ini, saya akan inget terus malem ini, jadi kenangan manis saya”
“Iya Tiwi, saya juga, saya nggak bakal lupa” Aku hanya tersenyum dgn lelah dan berkata.

Kami pun setelah itu menuju kostku, kembali memadu cinta. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Dan berjanji untuk bertemu lagi lain waktu.

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

Popular posts from this blog

Berawal Dari Mati Lampu Berlanjut Jadi Kenikmatan Di Ruang Tamu

Sebelum aku bercerita tentang cerita sex pengalaman pribadiku aku akan memperkenal diri dulu. Sebut saja namaku Genang, statusku saat ini adalah mahasiswa disalah satu kampus negri di kotaku. Pada suatu malam aku mengajak Silvia kerumahku dengan maksud memperkenalkan dia kepada orang kedua tuaku. Ayah ibuku adalah tipe orangtua yang ramah dan gampang akrab pada siapapun terutama pada teman-temanku. Singkat cerita sampailah kami dirumahku, dan seperti biasa ayah dan ibuku menyambut Silvia dengan ramah. Aku,Silvia dan kedua orangtuaku-pun saat itu duduk dan mengobrol dgan akrabnya diruang tamu. Sebelum melanjutkan keinti cerita aku akan memberi sedikit bayangan tentang Silvia. Dia tipe wanita yang mempunyai fikiran dewasa meskipun dia masih kelas 2 SMA.Untuk bentuk tubuhnyapun dia juga dewasa,hhe. Dia mempunyai body yang bikin cowok nafsu. Dia cewek berkulit putih,wajah ovale, bertubuh mungil namun semok. Tinggi badannya 157 cm,berat badan 51 kg, bisa dikatan pada anak seum

Nikmatnya Ngentot Ibu Guru Ku Yang Jones Di Saat Hujan

Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nan cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nita yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa. “Bu.. apa Pak Rivan sudah pulang?” “Mungkin sudah,” jawab Bu Nita, memandang Reyna dengan wajah penuh curiga, setau Bu Nita hubungan antara Reyna dan Rivan memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Reyna dan Rivan selalu bersebrangan. Reyna yang idealis dan Rivan yang liberal. “Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran. “Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Reyna. “Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Nita yang justru semakin penasaran. “Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Reyna bergegas pamit. “Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pand

Cerita Seks Kisah Tragis Aku Dihipnotis Dan Digilir Beramai Ramai

SATUQQ  -  Saya Ira (26 thn) dan suami saya Bayu (28) tahun (nama samaran), kami mengalami suatu kejadian yang tidak bisa terlupakan dan sangat mengganggu kehidupan kami berdua. Saat ini kami sedang dalam perawatan Psikiater. Saya ingin menceritakan pengalaman buruk kami agar rekan-rekan dapat berhati-hati dan selalu waspada jika didekati seseorang yang meminta bantuan. Pada hari Jum’at sekitar jam 7 malam sepulang kantor kami menuju ke Warung Tenda Semanggi untuk makan malam. Saya memilih sebuah tempat di sekitar cafe Bis Tingkat, kami duduk di sebuah meja bagian luar sehingga dapat memperhatikan orang yg sedang lewat. Pada saat kami sedang berbincang-bincang, ada tiga pria datang dan mengambil meja tepat disamping kami. Kemudian salah satu dari mereka, ingin menyalakan rokok dan meminjam korek Bayu. Tanpa rasa curiga Bayu menyalakan rokok si Pemuda tadi, pada saat yg hampir bersamaan Pria tsb menepuk bahu kami berdua dan seingat saya memandang mata saya dengan tajam. Bayu ternyat